
SEJARAH IGD
Berubahnya status RSPAU. dr. Suhardi Hardjolukito dari yang semula di bawah naungan Lanud Adisutjipto menjadi Satker berdiri sendiri dibawah Diskesau pada hari senin tanggal 29 Mei 2006 pagi sekitar jam 06.00 WIB terjadilah gempa. Semua pasien dan petugas rumah sakit dalam kondisi panik. Pasien yang dirawat tidak mau dirawat didalam gedung dan akhirnya dirawat di lorong rumah sakit yang lama dikarenakan banyak yang rusakdan tidak layak huni. Sebagian pasien minta dipulangkan dikarenakan mereka memikirkan kondisi keluarga mereka yang mungkin menjadi korban selamat atau luka luka. Dengan komando kepala rumah sakit dr Djunaidi yang berkoordinasi dengan staf rumah sakit akhirnya pada hari senin tanggal 29 Mei 2006 pukul 08.00 WIB akses pelayanan atas komando Ka Rumkit dr Djunaidi mulai dipindahkan.
Berawal dari bencana gempa bumi dan meletusnya gunung merapi RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito dioperasionalkan. Dengan menerima banyaknya korban bencana tersebut maka, pada tanggal 29 Mei 2006 menjadi tonggak berdiri. Di situlah dimulai dari alat alat kesehatan yang masih bisa diselamatkan dan digunakan mulai dipindahkan ke rumah sakit yang baru yang pada saat itu belum selesai pada tahap pembangunan.
UGD saat itu diawaki oleh Kapten Adi Prayitno salaku Ka Gadar, UGD saat itu untuk sementara ditempatkan di poli gigi, dikarenakan pembangunan UGD saat itu belum selesai. Dari moment tersebut dimulainya pelayanan Gawat Darurat di RSAU dr. S. Hardjolukito dengan fasilitas yang sangat sederhana serta personel yang sangat minim. Oleh karena itu pelayanan Gawat Darurat hanya dapat melayani kasus- kasus kegawat daruratan yang bersifat ringan. Sedangkan pasien dengan kasus kegawat daruratan yang bersifat berat akan dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, seperti rumah sakit Bethesda, Rs Panti Rapih, dan Rs Sardjito Yogyakarta. Unit Gawat Darurat saat itu hanya memiliki satu buah bed atau tempat tidur pasien, memiliki satu tenaga dokter jaga dan satu perawat yang berjaga 1x24 jam. Saat itu jumlah kunjungan pasien di UGD RSAU masih sangat sedikit, dalam sehari tidak kurang dari 5 pasien.
Seiring perkembangannya pada tahun 2007, RSPAU dr. Suhardi Hardjolukito telah memiliki ruangan UGD yang lebih besar dan penambahan bed pasien serta penambahan personil guna menjalankan operasional kegawat daruratan. Dengan dr. Nur Budiyono, Sp. U sebagai Kagadar. Dengan semakin meningkatnya pasien anggota maupun pasien umum. UGD rumkit Hardjolukito mulai menjadi bahan pertimbangan sarana berobat baik anggota dinas atau masyarakat umum sehingga mulai diakui keberadaannya. Seiring bertambahnya waktu, UGD mulai melengkapi personil, sarana dan prasarananya untuk menunjang pelayanan terhadap pasien.
Untuk memudahkan pembahasan pada beban kerja dan kualitas kinerja sumber daya manusia perlu diketahui alur masuk pasien ke IGD. Tujuannya adalah sebagai sarana untuk memudahkan pasien atau pembaca melakukan pemeriksaan atau pun pengamatan. Didalam alur pasien masuk ke IGD juga merupakan bagian dari pekerjaan yang ada pada pengumpulan beban kerja pegawai. Mengetahui alur masuk pasien ke IGD juga akan mengetahui standar-standar penumpulan beban kerja.